BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Peran agama dalam keperawatan adalah
topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh
di dalam pelayanan, hal ini terbukti dengan di dalam keperawatan kita juga
mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar dapat
disamakan dengan agama). Tapi kali ini dari kelompok kami hanya ingin membagi ide atau pemikiran kami,
bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan dengan
pendidikan agama bagi keperawatan. Agama tetap penting untuk diajarkan, karena
untuk menekankan aspek tertentu bagi masyarakat kita. Peran a gama sangat
besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah
agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak mengena dengan
kehidupan profesional, maka menurut kami dari kelompok sembilan tidak ada
gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan,agama karena tidak mau disebut
sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa. Dalam kehidupan
profesional tiap cabang ilmu keperawatan sudah mempunyai patokan tentang apa
yang harus dilakukan ataupun tidak ,tentang hal yang baik dan buruk. Selain itu juga ada mata etika kuliah
keperawatan yang akan membuat seorang perawat mempunyai akhlak yang baik dan
terampil menjadi perawat profesional.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian agama?
2. Bagaiman peran
keperawatan dalam masing-masing agama?
3. Apa kaidah dan
etika agama dindonesia yang berhubungan dengan kesehatan?
4. Apa pelayanan
dan aplikasi agama dalam keperawatan?
C. Tujuan
Tujuan dalam
pembuatan makalah ini agar mahasiswa keperawatan dapat mengerti definisi agama
dalam keperawatan . bagaimana menerapkan ilmu keperawatan pada masing-masing
agama yang berbeda dan mendapat perlakuan yang tidak sama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Agama adalah keyakinan yang dianut oleh
individu dalam pedoman hidup mereka yang dianggap benar. Agama sangat
menghargai seorang petugas kesehatan karena petugas ini adalah petugas
Kemanusiaan yang sangat mulia. Dalam Ensiklopedi Indonesia dijelaskan pula
tentang agama sebagai berikut. Agama (umum), manusia mengakui dalam agama
adanya Yang Suci; Manusia itu insyaf bahwa ada suatu kekuasaan yang
memungkinkan dan melebihi segala yang ada. Kekuasaan inilah yang dianggap
sebagai asal atau Khalik segala yang ada. Maka Tuhan dianggap oleh manusia
sebagai tenaga gaib di seluruh dunia dan dalam unsur-unsurnya atau sebagai
khalik rohani. Pengertian agama dalam konsep Sosiologi adalah: kepercayaan
terhadap hal-hal yang spiritual; perangkat kepercayaan dan praktik-praktik
spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan ideologi mengenai
hal-hal yang bersifat supranatural. Dalam konsepsi ini, agama memiliki
peranan yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan
sosial, keberadaan lembaga agamasangat mempengaruhi perilaku manusia. Dengan
agama manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Demikian pula definisi
tentang religion, berkaitan dengan kepercayaan dan aktivitas manusia yang
biasanya dikenal seperti: kebaktian, pemisahan antara yang sakral dengan yang
profan, kepercayaan terhadap jiwa, kepercayaan terhadap dewa-dewa atau Tuhan,
penerimaan atas wahyu yang supranatural dan pencarian keselamatan. Dari
beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa agama, religion (religi)
din, maupun agama masing-masing mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri. Namun
dalam arti terminologis dan teknis, ketiga istilah tersebut mempunyai makna
yang sama, religion (bahasa Inggris), religie (bahasa
Belanda), din (bahasa Arab), dan agama (bahasa Indonesia).Mengenai
arti kepercayaan , disamping berdimensi berpikir, maka manusia
berdimensi percaya. Percaya adalah sifat dan sikap membenarkan sesuatu, atau
menganggap sesuatu sebagai kebenaran. Menurut Prof. Pudjawijatna ada
kemungkinan seseorang mempunyai keyakinan akan kebenaran bukan karena
penyelidikan sendiri, melainkan atas pemberitahuan pihak lain. Bila seorang
ahli astronomi mengatakan bahwa pada tanggal tertentu akan terjadi gempa bumi,
kita yakin bahwa pemberitahuan itu benar, dan setelah diberitahu tentang hal
itu, maka kita tahu akan adanya kebenaran. Pengetahuan yang demikian disebut
kebenaran.
Pengertian agama atau definisi agama
dalam jagad pemikiran Barat, telah mengundang perdebatan dan polemik tak
berkesudahan. Baik dibidang filsafat agama, teologi, sosiologi, antropologi,
maupun ilmu perbandingan agama. Sehinggga sangat sulit bahkan nyaris mustahil
untuk mendapatkan definisi agama yang bisa disepakati dan diterima semua pihak.
Wilfred Cantwell Smith misalnya menyatakan: terminologi (agama) luarbiasa
sulitnya didefinisikan. paling tidak dalam beberapa dasawarsa terakhir ini
terdapat beragam definisi yang membingungkan dan tak dapat diterima secara
luas.....Oleh karenanya, istilah ini harus dibuang dan ditinggalkan untuk selamanya."
(Wilfred cantwell smith: The meaning and end of Religion (London, spk[1962]
1978) Pandangan Smith, jelas berlebihan, karena istilah ini masih terus
digunakan sampai hari ini. Lalu bagaimanakah pengertian agama yang sebenarnya?
Menurut Dr. Anis malik Thoha, untuk mendefinisikan agama, para ahli menggunakan
setidaknya tiga pendekatan. yakni pendekatan fungsi, institusi dan substansi.
Para pakar sosiologi dan antropologi cenderung mendefinisikan agama dari sudut
fungsi sosialnya. Sebagaimana yang dilakukan Durkheim, Robert N. Bellah, Thomas
Luckemann, dan Clifortz Geertz. Para ahli sejarah sosial (social history)
cenderung mendefinisikan agama sebagai sebuah institusi historis. Yakni suatu
pandangan hidup yang institutionalized, dengan melihat latar belakang kelahiran
agama yang kemudian semakin karakteristik mengikuti alur kesejarahan. Sedang
kebanyakan pakar teologi, fenomenologi dan sejarah agama cenderung melihat dari
aspek substansinya yang sangat asasi, yakni sesuatu yang sakral, mengenai
hubungan Tuhan dengan makhluknya.Bila dikaji lebih dalam, tiga pendekatan di
atas adalah saling melengkapi untuk mendapatkan definisi atau pengertian agama
yang utuh sebagaimana definisi agama menurut Islam yang diambil dari Hadist
"Jibril".
Dimana Jibril As. mendatangi
Muhammad saw yang sedang bersama para sahabatnya. Jibril bertanya tentang iman,
Islam dan ihsan. Dan Muhammad Saw. menjawab semua pertanyaan itu dengan benar
berupa apa yang dikenal sebagai rukun iman, rukun islam, dan ihsan. Setelah
Jibril berlalu, Muhammad Saw berkata
”Itu adalah Jibril yang mengajarkan
manusia tentang din (agama) mereka.”. ( HR Bukhari dan Muslim )
Dari hadis itu, dapat diambil kesimpulan bahwa agama
(din) adalah sistem pengabdian pada Tuhan yang meliputi iman (substansi),
seperangkat hukum Tuhan/syariat (institusi) dan ihsan/akhlak (fungsi). Sebuah
pengertian agama yang solid dan komprehensif.
B. Peran Keperawatan
1. Peran Keperawatan dalam Islam
Islam adalah salah satu agama yang
diakui keberadaaannya di Indonesia. Jumlah penganut agama Islam di Indonesia
sangat banyak dibandingan penganut agama non Islam. Islam adalah agama yang
benar disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga Allah menurunkan Al-Qur’an
untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia(muslim) khusus untuk umat Nabi
Muhammad Saw. Didalam Al-Qur’an ada ayat yang menerangkan bahwa salah satu
tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai obat dan rohmat bagi orang –
orang mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan, ilmu ini zaman nabi pun ada tapi
belum semaju sekarang karena adanya pengaruh globalisasi. Tokoh Islam yang
terkenal di dunia kesehatan salah satunya yaitu Ibnu Sina.Islam sangat
menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan karena dengan jiwa yang sehat akan
mempermudah sekali kita untuk beribadah kepada Allah karena tujuan kita
diciptakan adalah untuk beribadah kapada-Nya.Islam menaruh perhatian yang besar
sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit
dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja,
beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu
menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan
apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu
sehat tidaknya seseorang.
"Wahai sekalian manusia,
makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Wahai
orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan
kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan
yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga makanan
yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran
atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu
baik bagi kesehatan.Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu
perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan
dan ketika makan, porsinya harus proporsional, yakni masing-masing sepertiga
untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi dan al-Hakim)..Anjuran Islam untuk
hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang
sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup
yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan,
membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan
sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan
atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin
terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal
dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan
kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan pekerjaan, dengan selalu
mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang perilaku nekad dan
ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya yang
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
“Dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (al-Baqarah:: l95).
Hal ini karena sumber penyakit dan
kesakitan, tidak jarang juga berasal dari pekerjaan dan risiko perjalanan.
Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar disebabkan kurangnya pengamanan dan
perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya; darat, laut dan udara juga
seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian karena
kecelakaan lalu lintas ini tergolong besar setelah wabah penyakit dan
peperangan.Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa,
risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar
kemampuannya menghindari. Termasuk di sini karena faktor alam berupa rusaknya
ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh global yang semakin
menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu Islam memberi
peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan
kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang
baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.
2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen
Agama
Kristen juga memiliki peranan yang sangat penting dalam keperawatan dimana
agama merupakan bagian utama yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan
seseorang. Dalam hal ini baik yang merawat maupun yang dirawat. Agama Kristen
memandang bahwa seseorang yang sakit itu sebagai bentuk dari pertobatan. Maka
dari itu dalam merawat seseorang harus memiliki iman yang kuat dalam
niatnya.Tindakan medis dalam dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan maka
tindakan-tindakan yang dilakukan menjadi tidak terarah dan tidak akan tercapai
sesuai dengan harapan yang kita inginkan.
3. Perkembangan keperawatan dalam Agama Budha
Agama
budha mengajarkan kepada semua umatnya untuk menghargai makhluk hidup tanpa
terkecuali dari sudut pandang itulah pemberian askep harus sesuai ajaran agama
budha. Karena apabila tidak terpenuhi maka klien merasa tidak puas atas
pelayanan perawat.
4. Perkembangan Keperawatan dalam Agama hindu
Dalam
ajaran agama hindhu terdapat upacara manusia yajna. Upacara tersebut untuk
membersihkn diri lahir batin serta memelihara secara rohaniah hidup manusia.
Jika umat hindhu ada yang sakit dilakukan tradisi melukat sebagai sarana
pembersihan diri dan pikiran untuk membuang sial biasanya juga diikuti mandi
kelaut.
C. Kaidah dan Etika Agama yang
Berhubungan dengan Kesehatan
a. Islam
Keinginan tersebut semakin menguat
setelah penulis membaca buah pikir seorang intelektual terkemuka dan
kontroversial asal Mesir, Hassan Hanafi yang menjelaskan, bahwa peradaban Barat
yang kini berdiri kokoh memiliki dua sumber kesadaran yang disembunyikannya dan
tak terekspos. Salah satu penyebab disembunyikannya sumber-sumber tak terekspos
adalah rasialisme yang terpendam dalam kesadaran Barat. Rasialisme inilah yang
menjadikan Barat enggan mengakui eksistensi orang lain. Barat diklaim sebagai
pusat dan menempati puncak kekuatan serta menjadi pioner di dunia. Sikap rasial
ini terlihat jelas dalam ideologi yang diusung oleh Barat beberapa dasawarsa
yang lalu seperti nasionalisme, nazisme, fasisme, dan zionisme. Namun demikian,
terungkaplah bahwa sumber-sumber kesadaran Barat berasal dari Cina (Nedham),
India (Nakamura), Islam (Garaudy), dan Timur Lama (Toynbee) (Hassan Hanafi,
2000).Selama seribu tahun, peradaban Islam telah membentang dari Andalusia,
Spanyol hingga ke Selatan Cina. Dari abad ke-7 dan seterusnya, para sarjana
telah membangun ilmu pengetahuan dari tradisi-tradisi umat manusia sebelumnya.
Pergulatan mereka dengan pengetahuan kuno orang Mesir, Yunani dan Roma, pada
gilirannya membuat terobosan besar yang membuka jalan bagi gerakan Renaissance di
Barat pada abad selanjutnyaSelain pasien mendapatkan obat-obatan secara gratis
dan diperlakukan dengan baik. Di rumah sakit Ahmad ibn Thulun ini didirikan
pula sebuah perpustakaan medis besar yang lengkap, sarana kebersihan seperti
kamar mandi dibuat secara terpisah antara laki-laki dan wanita. Begitu pula
dengan pasien yang mengalami gangguan mental (gila) ditempatkan dalam ruang
yang terpisah dari pasien lainnya, dimana hal ini menunjukkan bahwa pada saat
itu para sarjana muslim telah menaruh perhatian yang cukup besar pada
perkembangan ilmu jiwa.Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih
mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja
lebih dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature
barat.Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah
seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun.
Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah
binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka'ab Al
Maziniyat 6). Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi
perawat saat masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah
binti Sa'ad Al Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al
Anasaiyat, Nusaibat binti Ka'ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang
ahli dalam penyakit dan bedah mata.Tugas seorang perawat, menurut H. Afif,
menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya
tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak memiliki harapan
hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak
lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan
mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat juga memandu pasiennya
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang
bisa mendatangkan "manjurnya" doa.Kita tidak bisa lagi memisahkan
agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa
tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan
ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi yang
mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal
ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang
beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah.Di
negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh
sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan
kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai
profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan
keperawatan di negara barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam
budaya mereka.Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana
keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan
tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi
kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani
sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.
b. Kristen Protestan dan Katolik
Kaidah
dan etika agama yang berhubungan dengan kesehatan pada prinsipnya memiliki
persamaan walaupun agama yang dijadikan kepercayaan tersebut memiliki
perbedaan.Pada hakikatnya setiap agama akan mendapatkan asuhan keperawatan dan
pelayanan yang sama.Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia.
Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan optimal.
Karena menyadari akan pentingnya kesehatan, sejak dulu gereja telah secara
aktif mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat.Dari situ
kemudian muncullah keinginan untuk membentuk suatu forum yang dapat menyatukan
langkah bersama. Setelah melalui tiga pertemuan pimpinan lembaga pelayanan
kesehatan Kristen, pada tahun 1983, terbentuklah Persekutuan Pelayanan Kristen
untuk Kesehatan di Indonesia (PELKESI) di Balige, Sumatera Utara. Untuk saat
ini, Sekretariat PELKESI berada di RS PGI Cikini, Jakarta.PELKESI memiliki visi
mewujudkan pelayanan kesehatan di Indonesia yang mendatangkan damai sejahtera
Allah bagi semua orang. Sedangkan misinya, melaksanakan pelayanan kesehatan
yang utuh dan menyeluruh (holistik). Pelayananan secara holistik meliputi
fisik, sosial, ekonomi dan spiritual.
c. Hindu
Menurut Prof. Dr. IGN Nala, pakar
pengobatan tradisional, dalam tulisannya pernah menyampaikan bahwa kitab-kitab
umat Hindu memuat berbagai macam jenis penyakit dan teknik pengobatan. Dicontohkan
penyakit kencing Manis (diabetes mellitius). Penyakit ini, menurut Nala, sudah
ditemukan sekitar 3.000 tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan disebutkannya
penyakit ini dalam kitab Ayur Veda. Kitab Ini merupakan bagian dari kelompok
kitab Upa Veda.Sementara kitab Upa Veda ini sendiri termasuk dalam kitab suci
umat Hindu, yakni kitab Veda Smerti. Kitab Ayur Veda, kata Nala, sering
dikelirukan dengan kitab suci Yajur Veda, salah satu dari kitab suci Catur Veda
Sruti. Padahal, lanjut Nala, isi dari kitab Ayur Veda hampir tidak ada
hubungannya dengan kitab Yajur Veda yang mengupas masalah yadnya atau upacara
serta upakara keagamaan.Sementara itu, menurut Gede Suwindia, dosen STAHN
Denpasar, dalam agama Hindu dikenal adanya konsep keseimbangan. Karena itulah,
dalam Upanisad disebutkan bahwa keberadaan berbagai tanaman yang ada di dunia
ini memiliki guna dan fungsi yang sangat vital bagi manusia. Ada banyak tanaman
di muka bumi ini yang memiliki kegunaan bagi manusia, terutama dalam
penyembuhan penyakit. ''Di sini diwajibkan bagi manusia untuk menghargai alam
terutama tumbuh-tumbuhan,'' kata Suwindia.
d. Budha
Buddha
Dhamma berperan besar dalam memecahkan kesulitan para ahli tentang kesehatan
mental, Buddha menunjukkan bahwa setiap orang secara terus-menerus mendengarkan
suatu suara dalam dirinya dan menafsirkan apa yang sedang dirasakannya.
Keseluruhan terapi Buddhis menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan
utama beruas delapan, yang merupakan terapi penolong dan terapi yang
sebenarnya, terapi ini mencakup prilaku setiap hari dari disiplin mental serta
pengenalan terhadap teori filsafat Buddha Dharma, terapi yang sebenarnya adalah
adalah Meditasi (Dhyana) dalam terapi Buddhis dalam melenyapkan kekacuaan
mental memiliki beberapa kesamaan seperti test wawancara dan diskusi, meditasi
mirip dengan teknik terapi perilaku karena bagaimanapun terdapat beberapa aspek
meditasi yang merupakan keunggulan dalam terapi Buddhis, hal yang penting dalam
meditasi adalah perhatian, sempurna dalam perilaku, suci dalam cara hidup,
sempurna dalam sila, terjaga pintu indriya, memiliki perhatian murni dan
pengertian yang jelas. Terapi Buddhis mengatakan bahwa penyebab tubuh ini
menjadi sakit dan sehat adalah karena adanya
melalui perasaan jasmani (rasa sakit) dan keadaan pikiran (emosi-emosi)
yang mempengaruhinya. Dengan begitu apabila tubuh ini ingin tetap sehat
hendaknya menyadari segala bentuk-bentuk pikiran emosi-emosi yang timbul dalam
diri. Yang dimaksud dengan bentuk pikiran yang menyebabkan penderitaan karena
mempunyai beberapa hal yaitu : (1). Keserakahan, (2). Harga diri yang terluka,
(3). Iri hati, (4). Kebencian, (5).
Kekuatiran (Ruth Walshe, alih bahasa Upi. Ksantidewi).Tri Ratna adalah obyek
penghormatan tertinggi dalam agama Buddha yang merujuk pada Buddha (sebagai
pendiri agama Buddha), Dhamma (ajaran-ajaran Buddha), dan Sangha (siswa Buddha
yang telah memahami dan mendapatkan manfaat dari ajaran Buddha).
e. Kong Hu Cu
Secara
teori ajaran agama untuk kesehatan bersumber pada : Inti Taoisme “pencapaian
hidup abadi/bersatu dengan alam semesta”. Inti Konfusianisme/Konghucu :
moralisme, menjaga hubungan antar manusia serta manusia dengan langit.Kalau
ditanya mengapa ada patung Buddha di sana selain yang disebutkan oleh saudara
Jingkhe mungkin disebabkan karena inti dari konfusianisme itu sendiri yaitu
menjaga hubungan antar sesama (dengan agama lain) dan dengan langit
(Buddha).Pada abad ke-10 sampai ke-12 masayarakat China sendiri berpendapat 3
ajaran adalah satu adanya maka sering terdapat Buddha, Lao zi, dan Konghucu
dalam 1 gambar. Dan klenteng dianggap sebagai tempat ibadah umat Tridharma
tersebut. Agama Khonghucu di Indonesia: Mengangkat Konfusius sebagai salah satu
nabi .
D. Pelayanan
Dan Aplikasi Keperawatan Dalam Agama
1. Definisi Pelayanan
Keperawatan
Sistem pelayanan kesehatan merupakan
bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan
pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan efektif, efisien dan tepat
sasaran.
2. Sistem Pelayanan Kesehatan
Keberhasilan sistem pelayanan
keehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan
kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Sistem terdiri dari: input, proses, output, dampak, umpan balik
dan lingkungan.
a. Input
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.
b. Proses
Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
c. Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan sehat.
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan sehat.
d. Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian menurun.
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian menurun.
e. Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus
menjadi masukan. Terjadi dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Umpan balik dalam pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas
tenaga kesehatan.
f. Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.
E. Aplikasi Agama dalam Pelayanan Keperawatan.
Keperawatan saat ini tengah
mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum akan segera berakhir.
Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari oleh mother
instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat
mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan
ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi
keperawatan sendiri.Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan
yang jelas, yang menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak
secara rasional–etis, serta kematangan untuk bersikap tanggap terhadap
kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan.
Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa
seseorang membutuhkan keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan lingkup
pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep dari teori
dan struktur substantif setiap konsep menyiapkan substansi dari ilmu
keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit
permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau keperawatan
diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat
terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir
analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara
rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien
sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan
filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu
keperawatan.Pengaplikasian Agama dalam pelayanan keperawatan sangatlah penting
dimana dalam memberiakan pelayanan keperawatan yang dapat memberikan hasil yang
maksimal.
F.Aspek Sosial Budaya Yang
Mempengaruhi Perilaku Proses Kesehatan
Prospek pengembangan pelayanan
kesehatan yang berdasarkan pada perkembangan social budaya khusunya
keperawat sangat cerah pada masa mendatang ditinjau dari kekayaan budaya di
indonesia. Namun dapat menimbulkan masalah dalam penerapan pelayanan kesehatan
ketika budaya tidak sesuai dengan penerapan asuahan keperawatn. Antara faktor
penyokongnya tersedianya sumber kekayaan alam Indonesia dengan keanekaragaman
hayati terbesar kedua di dunia, sejarah pengobatan tradisional yang telah
dikenal lama oleh nenek moyang dan diamalkan secara turun temurun sehingga
menjadi warisan budaya bangsa, isu global “back to nature” sehingga
meningkatkan pasar produk herbal termasuk Indonesia, krisis moneter menyebabkan
pengobatan tradisional menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat dan
kebijakan pemerintah.
Social budaya erat kaitannya
dengan pendekatan ilmu antropoligi yaitu Kata Antropologi berasal dari bahasa
Yunani, anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos berarti
pikiran atau ilmu. Secara sederhana, Antropologi dapat dikatakan sebagai ilmu
yang mempelajari manusia. Tentunya kita akan semakin bertanya-tanya, begitu
banyak ilmu yang mempelajari manusia.
Menurut William A. Haviland, seorang
antropologi Amerika, Antropologi adalah ilrnu pengetahuan yang mempelajari
keanekaragaman manusia dan kebudayaannya. Dengan mempelajari kedua hal
tersebut, Antropologi adalah studi yang berusaha menjelaskan tentang berbagai
macam bentuk perbedaan dan persamaan dalam aneka ragam kebudayaan manusia.
Berusaha
mencapai sebuah pemahaman tentang manusia secara fisik, manusia dalam
masyarakatnya, dan manusia dengan kebudayaannya. Secara praktis, Antropologi
berusaha membangun suatu pandangan bahwa perbedaan manusia dan kebudayaannya
merupakan suatu hal yang harus dapat diterima, bukan sebagai sumber konflik
tetapi sebagai sumber pemahaman baru, agar secara terus-menerus manusia dapat
merefleksikan dirinya. Secara praktis, kajian ilmu Antropologi dapat digunakan
untuk membangun masyarakat dan kebudayaannya tanpa harus membuat masyarakat dan
kebudayaan itu, kehilangan identitas atau tersingkir dari peradaban.
Dengan demikian jelas bahwa prospek
social budaya dalam pelayanan kesehatan khususnya keperawatan adalah untuk
menerapkan pendekatan antropologi yang berorintasi pada keaneka ragaman budaya
baik antar budaya maupaun lintas budaya terhadap asuhan keperawatan yang tidak
membedakan perbedaan budaya dan melaksanakan sesuai dengan hati nurari dan
sesuai dengan standar penerapan tanpa membedakan suku, ras, budaya, dan
lain-lian
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan
keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi,
dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya
pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki
landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat
diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi
menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range
theory dan practice theory.Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range
theory adalah Transcultural Nursing
Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan
dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep.
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan danbeberapa mengalami disorientasi. Salah
satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri.
Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan
seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis.
Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan
meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka
ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan
memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah
memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan
budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.
1. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu
proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan / mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah / mengganti budaya klien (Leininger, 1991).yang prospeknya
terdiri dari :
Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila
budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi
Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi
keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien
dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat
berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut
2. Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan
oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya
digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Geisser (1991). menyatakan bahwa
proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan
asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian
Pengkajian adalah proses
mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan
latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
"Sunrise Model" yaitu :
1. Faktor teknologi
(tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk
memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat
atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini.
2. Faktor agama dan falsafah
hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan
yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat
kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang
dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan
keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor :
nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai
budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada
penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan
peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan
lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah
: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota
keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat
6. Faktor ekonomi (economical
factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan
sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya
dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar anggota keluarga
7. Faktor pendidikan (educational
factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman
klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah
yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya
yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995) Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995) Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam
keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat
dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan
adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan.
a.
Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3)
Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b.
Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami
oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan
perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan,
lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c.
Cultual care repartening/reconstruction
1)
Beri
kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya
2)
Tentukan
tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3)
Gunakan pihak ketiga bila perlu
4)
Terjemahkan
terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5)
Berikan
informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba
untuk memahami budaya masing- masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan
timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankn budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi
dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya
yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
G. Konsep
Sehat dan Sakit Menurut Budaya Masyarakat
Konsep
sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor–faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor
sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu
hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak
ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain
bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep
sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan
sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan
manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun
sosio budaya.
Definisi
sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun
(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari)
seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan
kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.
Masalah
kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social
budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat
kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well
being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
1.
Environment atau lingkungan.
2.
Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua
dihubungkan dengan ecological balance.
3.
Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi,
distribusi penduduk, dan sebagainya.
4.
Health care service berupa program kesehatan yang
bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari
empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan
masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat
dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan
budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis),
bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang
berbeda di kalangan pasien.
Istilah
sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya
dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu,
sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek.
WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik
jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social seseorang. Sebatas mana seseorang
dapat dianggap sempurna jasmaninya?
Oleh
para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin
biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya
dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya
sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan
sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.
Seorang
pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai
pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit
adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di
badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit
makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau
istirahat saja.
Persepsi
masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang
dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan
ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu
generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut
ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih
ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk
Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak
jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut
beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap
orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat
berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan
diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan
muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa
hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum
dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan
sembuh.
Persepsi
masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana
dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk
gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya.
Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati
dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan
jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai
obat malaria.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran agama di dunia keperawatan itu
sangat penting, untuk menjadikan seorang perawat profesional akhlak yang baik dan terampil menangani
pasien. Dengan memiliki etika dan khlak yang baik perawat profesional dapat membedakan
antara yang baik dan buruk. Peran keperawatan dalam setiap agama berbeda , jadi
sebagai seseorang perawat profesional kita harus memahami agama masing-masing,
bagaimana kebiasaan mereka. Agar kita dapat menerapkan keahlian dengan posisi
yang benar tanpa membedakan agama. Kaidah dan etika agama dalam kesehatan
berbeda-berbeda tergantung kepercayaaan dari agama masing-masing.
B. Saran
Kami para penulis dapat berharap kepada para pembaca,
setelah membaca makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan
dapat mengaplikasikanya nanti. dapat mengetahui bagaimana system medis menurut kepercayaan atau
agama dan system medis tradisional ,apalagi sisi positif dan negatif dari
pengobatan system medis menurut kepercayaan dan
system medis tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar